Memasuki kampus pada awal 2009, di sebuah lembaga tua yang melegitimasi ilmu pengetahuan dengan ijazah dan gelar itu, tidak nampak sebuah jargon “buku, pesta dan cinta” seperti yang dideskripsikan dalam buku-buku memoir para aktivis. Semua itu hanya selisih lima tahun dengan kematian aktivis HAM, Munir Said Thalib, dan terpaut sebelas tahun dengan tahun hilangnya Wiji Thukul, seniman sekaligus aktivis Partai Rakyat Demokratik. Pada tahun itu pula, persoalan perihal Munir tidak banyak diperbincangkan. Tidak ada munir di selasar sekretariat organisasi gerakan mahasiswa, tidak ada Thukul pula pada pojok-pojok kajian strategis. Ya, itu baru lima tahun selepas kepergian Munir. Lalu, apa daya kami untuk menangkap suara-suara sebelas tahun silam? Bagaimana nasib idealisme muluk pihak penuntut keadilan bagi para penyintas 65? Beberapa di antaranya seperti tulisan “Wiji Thukul dan Orang Hilang” yang menjadi salah satu bagian dalam buku “Dari Jawa Menuju Atjeh” ka...
"Wildernes is not a luxury, but a necessary of the human spirit." - Edward Abbey -