Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Larik Kaum Hawa

Untuk  hawa,   Sekali lagi mata meng-eling. Tertancap di keraguan yang kosong. Kala semua angin menderu menyentuh bising. Terabai sudah hari dengan waktu yang melorong.   Lama kiranya aku duduk. Terpaku di kursi plastik. Beragam kata, tak jadi kupilih. Hanya untuk membuat surat cinta.   Lalu bagaimana suara sampai, sementara angin enggan merambat. Iklan-iklan mengucap makar. Berita korupsi cuma sarapan alot saat pagi yang melarat.   Ini jadi seperti parodi yang berkeliaran dengan liar. Memainkan skenario butut kemunafikan. Tapi tiada salah pada panggung ini. Kita semua berpasangan! Menjadi ketetapan yang tak bisa di bantah. Sudah kesepakatannya alam dengan tuhan.   Apalagi yang bisa ku beri. Bukan surat cinta yang ku pesan. Bukan potret kemiskinan yang melanda negri. Atau penutup hijab untuk kecantikan.   Aku hanya titip moral bangsa ini. Pada wanita-wanita yang membesarkan. Kerana se...

Betina yang Digumuli

Dunia begitu kecil dari atas sana. langit terus memelototi kami. huh..abaikan saja! kami terus menanjaki wajah yang semakin tergores oleh pijakan kami. “sebentar, istirahat dulu,” kata salah satu dari kami. Istirahat ini cukup panjang, saat berhenti di dekat batu yang cukup besar. Dari situ, padang-padang hijau memandangi kami yang merupakan para pencari ketenangan dunia atas kegelisahan yang diberikannya. “langit mulai gelap, yo naek lagi.” Kemudian, kami berdiri kembali mempertahankan kemandirian kami yang kini sedang diuji. Langit mulai merintih, kami mulai berlari kecil sembari memegangi kuat-kuat tas jumbo yang dari tadi di gemblok . Hujan semakin keras, dan akhirnya sampai juga di hamparan padang Edelweiss. Di sanalah keabadian mengarungi kami. Tenda dikeluarkan dan kami dirikan secara tergesa-gesa. Jadi sudah. Tangisan langit mulai reda, sebagian orang mencari kayu bakar untuk menghangatkan diri. Karena dingin semakin menusuk. Kayu-kayu, batang korek digesekkan, jadilah api u...

SENYUMAN SORE

Tak ada hari selain siang ini. Mengetuk penatnya gerak tubuh jadi peluh. Sampai tiba waktu dalam detik -detik memesona . Dimana bahagia yang sekejap menyapu lembut aliran darah-darah. Hingga sore kemarin aku menyentuh telapak tanganmu. Mengucap salam dan berbincang sedikit di depan taman. Begitu sumringahnya sore, walau hanya sebentar memadu senja. Kini rasa yang memuncak perlahan menyeluruh dalam raga. Langit setengah mendung. Dan  kau pulang dengan seribu pertanyaan. Memaksa masuk dalam celah kepalsuan. Lemah kata malam, aku tak akan lupa pada selongsong senyummu. Sore itu.